Ayat Renungan:
Yoel 1: 3, “Ceritakanlah tentang itu kepada anak-anakmu, dan biarlah anak-anakmu menceritakannya kepada anak-anak mereka, dan anak-anak mereka kepada angkatan yang kemudian.”
Mazmur 145: 4, “Angkatan demi angkatan akan memegahkan pekerjaan-pekerjaan-Mu dan akan memberitakan keperkasaan-Mu.”
Bukan suatu kebetulan jika beberapa pemain sepak bola hebat adalah anak-anak dari legenda sepak bola, atau juara F1 adalah keturunan dari pionir F1. Demikian juga, anak-anak mantan juara tinju kelas berat sering kali mengikuti jejak orang tua mereka di atas ring tinju. Bahkan, beberapa pengkhotbah terkenal adalah keturunan pengkhotbah sebelumnya. Ini menunjukkan bagaimana minat dan tujuan yang sama dapat diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Kita bisa melihat ada satu prinsip yang perlu kita pahami bahwa pilihan hidup kita saat ini memiliki dampak besar pada generasi mendatang. Seperti disampaikan dalam kitab Yoel 1: 3, “Ceritakanlah tentang itu kepada anak-anakmu, dan biarlah anak-anakmu menceritakannya kepada anak-anak mereka, dan anak-anak mereka kepada angkatan yang kemudian.” Pertanyaannya adalah, apakah kita mau mewariskan hal baik bagi generasi berikutnya? Jika kita tidak bisa menjadi legenda sepakbola, setidaknya Tuhan meminta kita mewariskan iman kita.
Sama seperti kita ingin mewariskan cerita-cerita menakjubkan tentang hidup kita kepada anak cucu kita, Tuhan juga berharap bahwa melalui kita, anak cucu kita akan mendengar cerita tentang kebaikan Tuhan melalui kita, seperti ungkapan Daud dalam Mazmur 145: 4, “Angkatan demi angkatan akan memegahkan pekerjaan-pekerjaan-Mu dan akan memberitakan keperkasaan-Mu.” Karena itu penting untuk membangun komunikasi antara orang tua dan anak tentang iman dan kasih Tuhan.
Di masa ini kita bisa melihat fenomena bagaimana antara orang tua dan anak memiliki gap yang sangat jauh. Komunikasi dan interaksi yang aktif antara orang tua dan anak sudah menjadi momen langka yang terjadi di keluarga-keluarga. Bayangkan jika komunikasi di dalam keluarga sepenuhnya terhenti, warisan rohani yang berharga seperti yang dijelaskan dalam Mazmur 145 tidak akan berlanjut.
Untuk menjaga warisan rohani ini tetap hidup, setiap orang tua memiliki tanggung jawab khusus untuk memastikan bahwa anak-anak mereka mendengar cerita tentang kasih Tuhan dan keselamatan yang ditawarkan atas umat manusia. Tidak ada yang dapat melanjutkan cerita ini kecuali orang tua. Hari ini adalah kesempatan kita untuk terus menceritakan kasih Tuhan kepada anak-anak kita.
Action: Bagaimana dengan aplikasi saat teduh yang kita sudah mulai di awal minggu ini? Terus lakukan kebiasaan ini sebagai langkah praktis dalam mewariskan benih ilahi atas hidup anak-anak kita.
Ayat Hafalan: Titus 2: 6-7, “Demikian juga orang-orang muda; nasihatilah mereka supaya mereka menguasai diri dalam segala hal dan jadikanlah dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik.”